Jasa Pemetaan Darat, Laut, Udara

Layanan Konsultasi (Survey Pemetaan)

Foto Udara (Drone Mapping)
Selama lebih dari setengah abad sejak berdirinya SUCOFINDO pada tahun 1956, kami terus membangun pengalaman, keahlian dan teknologi, yang menjadi pondasi bisnis dan teknis yang kuat. Interaksi ekstensif kami dengan pelaku berbagai bidang bisnis dan dukungan para pakar yang kami miliki juga turut mendukung perkembangan kami.

Melihat dinamika bisnis dan industri di Indonesia saat ini, SUCOFINDO terdorong untuk menyumbangkan keahlian dan pengalaman yang kami miliki dalam bentuk layanan konsultasi di berbagai bidang. Salah satunya adalah konsultasi dalam bidang pemetaan, jasa yang kami tawarkan meliputi pemetaan topografi, batimetri, dan juga melayani foto udara.


 

 

Survei dan Pemetaan

TANTANGAN BISNIS

Survey Topografi

Sucofindo mengoptimalkan pengelolaan Sumber Daya Berbasis GIS, Salah satu perkembangan teknologi yang paling pesat saat ini adalah teknologi informasi. Pada saat ini teknologi informasi telah diyakini menjadi bagian dalam manajemen di segala sektor baik swasta maupun pemerintahan. Kegiatan survei dan pemetaan merupakan salah satu sektor yang memanfaatkan perkembangan teknologi sistem informasi berbasis Geographic Information System (GIS).

Pemetaan secara fotogrametri dan remote sensing dalam era modern sekarang ini memegang peranan sangat penting karena dapat melakukan efisiensi yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan cara terestrial biasa yang selama ini digunakan. Dengan teknologi yang tersedia, dimungkinkan untuk melakukan eksploitasi sumberdaya secara efektif, efisien dan bertanggung jawab.
SOLUSI

Survei dan pemetaan secara fotogrametri dan penginderaan jarak jauh (remote sensing) merupakan solusi untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya yang tersedia dengan cara mengidentifikasi potensi sumber daya tersebut dengan menggunakan teknologi sistem informasi berbasis GIS.
Ruang Lingkup Pekerjaan

Untuk menjawab tantangan tersebut SUCOFINDO menyediakan layanan jasa pekerjaan survei dan pemetaan terdiri dari :
  1. Pemetaan fotogrametris;
  2. Pemetaan dengan remote sensing/penginderaan jarak jauh.
  3. Pemetaan Laut (Batimetri)
  4. Pemetaan Terestris (Topografi)
Layanan jasa sistem informasi berbasis GIS tersebut meliputi:
  1. Penyediaan, pemrosesan, dan ekstraksi informasi dari produk-produk penginderaan jauh (Landsat, SPOT, IKONOS, Quick Bird, dll.);
  2. Penyediaan, pemrosesan, dan ekstraksi informasi dari produk-produk pemetaan dalam berbagai skala ; 
  3. Otomasi data dan peta;
  4. Disain dan pengembangan sistem aplikasi berbasis GIS;
  5. Jasa konsultasi dalam GIS.
  6. Penyedia layanan untuk investigasi jalur pipa, dredging dan lain lain
  7. Layanan jasa konsultasi untuk perencanaan jalan dan jembatan (Stake Out, Cut and Fill)
  8. Foto udara jarak dekat (Drone Mapping) 
  9. Penyedia jasa pengukuran titik ikat jaring kontrol geodesi

Manfaat

Foto Udara

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya dapat dilakukan secara lebih optimal dengan cara mengidentifikasi sumber sumber daya yang ada menggunakan teknologi berbasis GIS;
  1. Tersedianya data dan informasi tentang potensi sumberdaya agar mudah dan cepat dapat diakses;
  2. Mendukung dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam seperti pertanian, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata, dan lain-lain dalam bentuk atlas sumber daya;
  3. Memastikan pembangunan proyek sesuai rencana dan jadwal sehingga dapat mencegah terjadinya pembengkakan waktu dan biaya.


 

 

Mengapa Memilih SUCOFINDO

Pengukuran Jaring Kontrol

Reputasi 
SUCOFINDO adalah perusahaan jasa inspeksi pertama di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1956. SUCOFINDO memiliki cakupan jasa yang lengkap serta didukung laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia.
Jaringan 
SUCOFINDO memiliki titik layanan yang tersebar di seluruh Indonesia dan bermitra dengan perusahaan-perusahaan inspeksi asing yang memiliki jaringan global.
Jasa sesuai kebutuhan pelanggan 
SUCOFINDO menawarkan solusi tepat dan efektif yang sesuai dengan kebutuhan klien.

Pengakuan
SUCOFINDO adalah anggota asosiasi internasional IFIA (International Federation of Inspection Agencies), anggota AISI (Asosiasi Independen Surveyor Indonesia), anggota ASPINDO (Asosiasi Penambang Indonesia) dan anggota IMA (Indonesian Mining Association). SUCOFINDO melaksanakan inspeksi berdasarkan standar-standar internasional yang disepakati. Operasi kami terakreditasi ISO 17020 dan ISO 17025, serta bersertifikat ISO 9001.

PELAKSANAAN PEKERJAAN

Survey Batimetri

SUCOFINDO melakukan pendekatan pelaksanaan pekerjaan ini dengan cara :
  1. Melakukan pengumpulan data primer, yaitu data hasil-hasil survei terbaru berbentuk lembar lukis, buku laporan atau disebut data-data primer. Dalam hal ini dapat berbentuk digital atau analog;
  2. Melakukan pengumpulan data sekunder yaitu data pendukung yang digunakan untuk melengkapi peta digital, seperti peta laut, peta darat, buku nama geografi, peta udara (citra lensa), dan lain-lain yang ada kaitannya dengan peta yang dimaksud;
  3. Melakukan pengolahan data dan pembuatan peta, dimulai dari proses input data dengan mendigitasi peta-peta tematik analog, kemudian dilakukan editing, trasformasi koordinat, topologi, tagging, link data spasial dan atribut, chart join, clipping, analisis, quality control dan pencetakan peta sebagai tahap akhir dari pembentukan basis data digital, sehingga hasilnya dapat dipresentasikan.

More Information 

Helmy Mukti Wijaya Geodetic Engineer
PT. Sucofindo (Persero) 
Graha Sucofindo Jl. Kalibutuh No. 215, Surabaya 
Tel: (031) 5469123 Ex 1006 | Mobile: 082 334 60 1995 or 081 2496 2525
mwijaya@sucofindo.co.idwww.sucofindo.co.id
fanpage : https://www.facebook.com/Fotogrametri/










INTERPRETASI UNTUK MENCIPTAKAN PETA

Bagaimana Interpretasi untuk Menciptakan sebuah Peta ? Masukan data untuk pemetaan diperoleh dari hasil pengukuran langsung, maupun interpretasi data penginderaan jauh. Interpretasi data penginderaan jauh dapat dilakukan dengan analisis data digital maupun manual atau analog. Bagaimana melakukannya? Perhatikan rangkaian gambar berikut.

Dari kedua analisis tersebut, yang paling mudah untuk dilakukan adalah analisis manual. Analisis ini dilakukan dengan cara mengenali ciri-ciri yang ada pada data penginderaan jauh. Ciri-ciri tersebut dibedakan sebagai berikut.
1. Ciri Spektral
Tercermin dalam tingkat kecerahan atau keabuan atau rona yang diakibatkan oleh nilai pantulan atau nilai pancaran.
2. Ciri Temporal
Citra satelit berputar mengitari Bumi. Satelit akan melewati daerah yang sama di permukaan Bumi pada kurun waktu tertentu. Hal ini disebut resolusi temporal. Model ini mempunyai keuntungan, yaitu dapat memantau perkembangan suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Sebagai contoh citra Landsat TM akan melewati daerah yang sama 16 hari sekali berarti citra tersebut mempunyai resolusi temporal 16 hari. Sehingga ciri temporal merupakan ciri objek yang terkait dengan umur maupun saat perekaman.
3. Ciri Spasial

a. Bentuk
Ciri ini sendiri dapat membantu untuk mengenali beberapa objek.
Contoh: rumah mukim dari foto udara dikenali dengan Bentuk persegi panjang atau kumpulan beberapa persegi panjang.
b. Ukuran
Baik ukuran relatif maupun ukuran mutlak adalah penting. Contoh: untuk membedakan apakah suatu objek merupakan jalan raya atau jalan setapak, digunakan ukuran.
c. Rona
Objek yang berbeda mempunyai sifat pemantulan cahaya yang berbeda. Contoh yang jelas yaitu objek sawah. Antara sawah yang tergenang air dan sawah yang siap panen, rona pada citra atau foto berbeda. Rona adalah tingkat kegelapan dan kecerahan objek dalam format hitam putih. Rona suatu objek sangat dipengaruhi oleh karakteristik objek dan kondisi objek waktu perekaman, jenis sensor, cuaca, letak objek, bahan film yang digunakan, serta waktu pemotretan. Objek yang mempunyai karakter banyak menyerap sinar dan sedikit memantulkan, akan berona gelap. Sebaliknya, jika objek banyak memancarkan maupun memantulkan sinar kembali, rona objek cerah. Objek yang tertutup oleh bayangan akan sulit diinterpretasi. Cuaca berawan akan memengaruhi kualitas keluaran data penginderaan jauh terutama citra.
d. Pola
Berkaitan dengan susunan keruangan objek. Sebagai contoh: susunan ruang antara pohon pada kebun ketela dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh alami terdapat perbedaan pola.
e. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena ada dua hal yang berlawanan, yaitu:
1) bentuk bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, dan
2) objek yang tertutup bayangan, memantulkan sinar sedikit menyebabkan objek sulit dikenali.
Contoh: gedung bertingkat pada foto udara tampak mempunyai bayangan sehingga dapat diketahui bahwa objek tersebut merupakan gedung tinggi, tetapi daerah yang tertutup bayangan tampak hitam sehingga sulit dikenali.
f. Letak Topografi
Pengenalan letak topografi sangat penting bagi kajian fisik lahan. Ketinggian tempat relatif, termasuk ciri-ciri drainase (penyaluran air), dapat menjadi petunjuk penting di dalam meramalkan keadaan tanah.
g. Tekstur
Merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra. Sebagai contoh tekstur rumput dengan tekstur lahan yang ditanami jagung akan tampak jelas perbedaannya.
h. Situs
Suatu kenampakan yang dapat disimpulkan karena adanya indikator yang menunjukkan letak. Misalnya sebuah kenampakan yang terletak di tepi rel kereta api dan mempunyai hubungan dengan rel kereta api, maka dapat disimpulkan bahwa bangunan tersebut merupakan stasiun.
i. Asosiasi
Setiap jenis objek memiliki ciri-ciri tertentu. Hutan hujan tropis berasosiasi lebat, permukiman kota berasosiasi padat, dan jalan raya berasosiasi banyak kendaraan.
Dalam analisis data dengan cara manual digunakan ciri-ciri tersebut di depan. Penggunaan ciri-ciri spasial dalam penginderaan suatu objek juga diterapkan dalam salah satu asas pengenalan objek, yaitu asas konvergensi bukti.
Gambar di atas menunjukkan penerapan asas konvergensi bukti. Dari bentuk tajuk pohon, kita hanya dapat menyatakan bahwa objek tersebut adalah pohon jenis palem. Tetapi kita bisa mengkhususkan dengan ciri spasial lain yang dipunyai. Kelapa dan kelapa sawit umumnya ditanam dengan pola teratur.
Karena pola tidak teratur, kemungkinannya menciut menjadi tiga objek pohon. Jika ukuran mencapai 10 m atau lebih berarti bukan nipah. Kini pilihan tinggal dua jenis. Enau merupakan tumbuhan darat. Sagu dapat tumbuh di tanah darat, tanah becek hingga pantai.
Oleh karena itu, jika kita melihat objek pada foto udara dengan tajuk berbentuk bintang, pola tidak teratur, ukuran lebih dari 10 m, dan terdapat di muara sungai, kita dapat menyimpulkan bahwa objek tersebut berupa pohon sagu.
Sebelum melakukan analisis dalam penginderaan suatu objek, langkah-langkah yang perlu dilakukan, yaitu:
a. Deteksi atau Pengenalan Awal
Tahap ini diawali dengan melihat foto udara secara keseluruhan. Bagi wujud yang sama ditarik garis batas (delineasi). Misalnya pada foto udara terdapat tujuh wujud gambar, yaitu wujud 1, wujud 2, 3, 4, 5, 6, dan wujud 7 (seperti pada gambar). Dengan pengenalan ini, deteksi telah dilakukan.
b. Identifikasi (Interpretasi)
Interpretasi dalam rangka pengenalan objek pada citra dapat diartikan sebagai pengejaan ciri-ciri yang ada pada foto udara. Ciri tersebut misalnya rona objek yang cerah, bentuknya, ukuran, polanya, dan seterusnya. Pengenalan ini dilakukan untuk menyimpulkan objek yang sebenarnya.
c. Pengenalan Akhir
Tahap ini merupakan tahap menyimpulkan hasil interpretasi.
Bagaimana langkah-langkah untuk mendapatkan data geografi pada foto udara atau citra? Perhatikan langkah dan contoh di bawah ini.
a. Pemilihan foto udara atau citra pada daerah yang akan diteliti. Apabila menggunakan stereoskop, dipilih foto yang bersambungan dan terletak pada satu jalur terbang.
b. Meletakkan foto udara di bawah stereoskop, untuk citra tidak perlu menggunakan stereoskop karena citra sudah menampilkan kesan tiga dimensi. Pada contoh ini, merupakan kegiatan interpretasi foto udara tanpa alat stereoskop.
c. Meletakkan plastik transparan di atas foto yang akan diinterpretasi.
d. Mengadakan pengelompokan atau delineasi kenampakan berdasarkan ciri-ciri spasial yang sama dan dapat dikenali dengan member batas-batas serta kode tertentu pada plastik transparan.
Langkah di atas merupakan langkah awal pembuatan peta, yang menghasilkan peta tentatif. Sehingga untuk menjadi peta yang akurat perlu adanya uji lapangan untuk memastikan kebenaran kenampakan yang sudah diamati melalui foto udara atau citra. Hasil dari interpretasi foto udara atau citra dapat berupa peta, peta foto, atau peta citra

Sumber : http://ssbelajar.blogspot.com/2012/10/interpretasi-untuk-menciptakan-peta.html

About me


ABOUT WEBSITE

Situs sains tentang ilmu kegeodesian, khususnya ilmu yang bergerak dibidang Fotogrametri (pemetaan udara) yang mana akan membahas ulasan tentang fotogrametri itu sendiri, dan pengembangannya di dalam dunia nyata.


ABOUT ME

Helmy Mukti Wijaya, ST Seorang Lulusan  Teknik Geodesi Geoinformatika diperguruan tinggi swasta ITN Malang Tahun 2015. Pendidikan pertama di MIN Druju tahun 1999-2005, kemudian masuk SMPN 01 Turen pada 2005-2008, dan masuk SMAN 10 Malang pada 2008-2011. Bekerja profesional di bidang pemetaan di PT. Sucofindo (Persero)




JOIN WITH US

Bagi pecinta geodesi khususnya pecinta fotogrametri, mari sama sama saling berbagi ilmu dan bergabung di fanpage Fotogrametri (situs fanpage resmi dari blog ini)
Fotogrametri
Kritik dan saran sangatlah membantu dalam pengembangan situs informasi sains ini. semoga bermanfaat bagi anda semua.

Kritik dan saran :
Helmy Mukti Wijaya Geodetic Engineer,
PT. Sucofindo (Persero) Jl. Kalibutuh No. 215, Surabaya
Tel: (031) 5469123 Ex 1006| Mobile: 082 334 60 1995 or 081 2496 2525

Mengetahui Deformasi Kronologi Kejadian pada Kecelakaan Lalu Lintas

Fungsi Fotogrametri selain pemotretan udara itu apa sih? Ternyata bisa juga untuk mengetahui Deformasi Kronologi Kejadian pada kecelakaan lalu lintas. Bagaimana bisa?
Simak Kajian singkatberikut ini

Dalam banyak kecelakaan yang serius, kebanyakan aparat penegak hukum mengambil foto dari kejadian dan kendaraan dengan segera setelah kecelakaan berlangsung. Karena tanda ban dan bukti lain dari kecelakaan dapat hilang dengan sangat cepat setelah kecelakaan, pada saat kita sampai ke tempat kejadian beberapa atau semua bukti mungkin telah menghilang. Oleh karena itu dengan menggunakan perangkat lunak matematis Metode (fotogrametri) yang memungkinkan kita untuk mengekstrak informasi yang terkandung dalam foto-foto dari adegan dan kendaraan. informasi ini digabungkan dan diekstraksi dengan pengukuran yang diterapkan untuk membangun model yang tepat dari kronologis kejadian kecelakaan kendaraan karena ditangani dengan cepat sesaat setelah kejadian

Apa saja yang dapat diketahui informasinya menggunakan fotogrametri?

1. Ketika bukti fisik hilang, fotogrametri membantu kita membawa kembali tepat
2. Posisi tanda ban, bekas plesetan ban, puing-puing, jalur ban melalui bahu dan median, pecahan kaca, dll
3. Deformasi Kendaraan berasal dari foto

Yang perlu anda Tahu

NB : Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda [Kuang,1996]. Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif. Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan relatif apabila gerakan itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada umumnya mengacu kepada suatu sitem kerangka referensi (absolut atau relatif).

Untuk mengetahui terjadinya deformasi pada suatu tempat diperlukan suatu survei, yaitu survei deformasi dan geodinamika. Survei deformasi dan geodinamika sendiri adalah survei geodetik yang dilakukan untuk mempelajari fenomena-fenomena deformasi dan geodinamika. Fenomena-fenomena tersebut terbagi atas 2, yaitu fenomena alam seperti pergerakan lempengtektonik,aktivitas gunung api, dan lain-lain. Fenomena yang lain adalah fenomena manusia seperti bangunan, jembatan, bendungan, permukaan tanah, dan sebagainya.

Sumber : http://engexperts.com/services/photogrammetry/

Mendeteksi Pergeseran Jembatan dan Jalan Layang dengan Kamera SLR

Perubahan dimensi struktur dapat terjadi pada setiap struktur bangunan, seperti gedung bertingkat, jalan layang, jembatan, menara dan sebagainya, kerusakan fasilitas infrastruktur transportasi seperti jalan-layang dan jembatan yang terjadi di Indonesia, baik yang disebabkan oleh bencana alam, proses penuaan maupun karena pemakaian yang melebihi batas kewajaran, akan sangat menggerus dana pembangunan dan pemborosan. Selama ini, salah satu faktor kendala dalam perolehan informasi tentang kekuatan struktur dan perubahan bentuk, posisi serta dimensi per satuan waktu (deformasi) dari suatu struktur adalah tingginya biaya operasional survei (pengukuran) dan lamanya pengolahan data, terutama jika diukur dengan menggunakan alat survei terestris, seperti Total Station dan GPS. Disamping itu, ketelitian alat ukur sangat berpengaruh dalam upaya untuk mendeteksi besaran minimum deformasi yang masih dapat dilacak, (yaitu kemampuan sistem untuk mendeteksi pergerakan yang sekecil mungkin), sangat mempengaruhi dalam mendeteksi besaran minimum pergeseran/pergerakan yang masih dapat dideteksi.

Penggunaan kamera digital merupakan salah satu alternatif pilihan yang dapat meminimalisir kendala tersebut. Dengan prinsip fotogrametri, kamera digital SLR dapat memotret suatu obyek dari berbagai sudut dengan cepat; dan dengan perangkat lunak tertentu, titik-titik deformasi yang diamati akan dapat dihitung nilai kordinatnya. Disamping itu, harga kamera digital SLR ini relatif lebih murah dibandingkan dengan dengan harga Total Station ataupun GPS. Lebih dari itu, sinar yang ditangkap lensa kamera adalah gelombang cahaya sehingga tidak terpengaruh oleh kondisi sekitar lokasi, lain halnya dengan sinyal GPS yang dapat dipengaruhi oleh multipath, sehingga dapat menurunkan tingkat keakurasian koordinat yang didapat.
Agar kamera digital SLR dapat digunakan untuk pemantauan deformasi, seperti halnya pemotretan udara, ada kaidah-kaidah tertentu yang harus diikuti agar diperoleh koordinat titik-titik deformasi dengan keakurasian yang optimum. Dengan keakurasian yang optimum, titik-titik tersebut akan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya pergerakan/pergeseran struktur.

Perbandingan metode pengukuran deformasi antara (GPS dan TOTAL STATION ) dengan Fotogramteri (Kemera SLR)

A. METODE : GPS dan TOTAL STATION

Misalnya di beberapa bagian jembatan, ada beberapa titik untuk memantau pergerakan jembatan itu. Titik ini bisa berupa tanda tambah (+) yang dipahat di bagian jembatan, bisa berupa pilar, bisa berupa tugu atau patok. Intinya ada titik yang permanen di beberapa bagian dari jembatan itu. Dengan GPS tipe geodetik, seorang surveyor geodesi bisa mengukur posisi/koordinat titik-titik itu. Anggap saja ada 5 titik A, B, C, D, dan E. Misalnya hari ini diukur, maka didapatkan koordinat/posisi untuk kelima titik tersebut. Secara berkala, misalnya setiap bulan, titik yang sama diukur lagi koordinatnya. Karena titik itu adalah titik tetap maka harapannya koordinat/posisinya tidak akan berubah. Katakanlah pengukuran dilakukan selama 1 tahun setiap bulan sehingga ada 12 hasil ukuran untuk masing-masing titik. Coba perhatikan gambar berikut.

Gambar 1 : Lima titik untuk memantau pergeseran jembatan

Sekarang bisa dibandingkan koordinat titik A hasil ukuran pertama, kedua dan seterusnya sampai ukuran ke-12. Jika ternyata hasil ukuran itu berbeda, berarti titik A mengalami pergeseran. Hal yang sama dianalisa untuk titik B, C, D, dan E. Jika ada titik yang sama hasil ukurannya selama setahun berarti titik tersebut tidak bergeser sama sekali. Sebaliknya, jika koordinat untuk masing-masing titik berubah nilainya maka titik tersebut pasti bergeser atau mengalami deformasi. Pergeseran inilah yang kemudian dianalisa. Misalnya titik A dan E adalah di kedua ujung jembatan. Jika terbukti A dan E sama-sama bergerak dan terbukti saling menjauh satu sama lain (missal titik A bergerak ke barat, titik E bergerak ke timur) artinya jembatan itu meregang/memuai. Jika pergerakan ini ekstrim maka bisa diduga bahwa jembatan itu bisa saja akan rusak/ambruk/patah karena ujung-ujungnya ditarik ke arah yang beralawanan.

Sumber : Klik disini

B. METODE : FOTOGRAMTERI

Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui besarnya pemuaian/pengerutan atau pergeseran suatu struktur konstruksi jembatan beserta pembengkokan atau pemelintirannya. Survei ini dilakukan setiap dua bulan selama satu tahun, dengan menggunakan beberapa titik-titik kontrol.

Sketsa Jembatan 
Gambar 2 : ilustrasi jembatan

Akurasi yang diperlukan dalam pengukuran pergeseran titik adalah 4mm dan panjang jembatan itu sendiri adalah 50meter.
Ingitlah kembali metodologi pengukuran didalam Teknik Geomatika sebagai berikut: Penentuan parameter yang dicari, Formulasi model matematika, Desain dan pra-analisa, Akusisi data (Pengukuran), Pemrosesan data Pengukuran, Hitung kuadrat terkecil (Least Square Adjustment), Analisa Hasil, dan Penyajian hasil.
Parameter yang dibutuh
  • Parameter yang dicari dalam survei deformasi adalah vektor pergeseran koordinat 3D titik-titik observasi antar titik retro
  • Vektor-vektor pergeseran ini dinyatakan dalam sistem XYZ. 
  • Parameter utama adalah koordinat titik-titik yang diamati didalam sistem koordinat XYZ pada setiap titik retro (pada datum yang sama).
  • Harus diingat bahwa akurasi (dan ketelitian) dari penentuan besaran-besaran deformasi adalah tergantung langsung dari ketelitian penentuan koordinat titik-titik itu.


Gambar 3 : ilustrasi jembatan


Parameter Deformasi
Deformasi dari suatu benda/ materi dapat digambarkan secara penuh dalam bentuk tiga dimensi apabila diketahui 6 parameter regangan (normal-shear) dan 3 parameter komponen rotasi. Parameter deformasi ini dapat dihitung apabila diketahui fungsi pergeseran dari benda tersebut persatuan waktu.
Adapun Parameter - parameter deformasi meliputi :

1. Tegangan (Stress)
Tegangan adalah gaya (F) per luas permukaan (A) yang diteruskan ke seluruh material melalui medan-medan gaya antar atom. Pada umumnya arah tegangan miring terhadap luas A tempatnya bekerja dan dapat diuraikan menjadi dua komponen, yaitu:
a)      Tegangan Normal (Normal Stress), tegak lurus terhadap luas A.

b)      Tegangan Geser (Shear Stress), bekerja pada bidang luas A
 
Gambar 4 : Komponen Tegangan
Keterangan:
: tegangan normal searah sumbu Y.
: tegangan geser tegak lurus sumbu Y sejajar sumbu Z.
: tegangan geser tegak lurus sumbu Y sejajar sumbu X.
 2. Regangan (Strain)
Perpindahan partikel suatu benda elastis selalu menimbulkan terjadinya perubahan bentuk benda tersebut. Perubahan bentuk suatu benda elastik dikaitkan dengan regangan, maka perubahan bentuk tersebut dipandang sebagai perubahan bentuk yang kecil. Dalam sistem koordinat kartesian  tiga dimensi, perpindahan kecil partikel yang berubah bentuk diuraikan dalam komponen uX, uY dan uZ yang masing-masing sejajar terhadap sumbu koordinat kartesian X, Y dan Z.
Gambar 5 : Elemen Kecil Benda Plastik dan Komponen Regangan
(a) Komponen Regangan; (b) Elemen Kecil Benda Elastik

3. Rotasi
Rotasi merupakan perubahan posisi materi tanpa mengalami perubahan bentuk yang membentuk perubahan sudut terhadap koordinat acuan. Sebagai gambaran bentuk rotasi dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: 
  
Gambar 6 : Komponen Rotasi

Pemasangan seluruh titik retro-target yang terlihat pada penyangga jembatan 
 pemasangan titik retro pada jembatan
Gambar 7 : pemasangan titik retro pada penyangga jalan layang Arjosari - Malang
Studi Kasus : Arjosari Malang - JATIM

tahapan ini menyajikan hasil perataan kedalam informasi spasial yang lebih mudah dipahami oleh awam. Tahapan ini dibutuhkan untuk menyajikan estimasi parameter dalam bentuk yang mudah dipahami dan dilihat oleh klien, misalnya dalam bentuk grafik (rendering) daripada dalam daftar angka koordinat yang mungkin tidak dipahami oleh klien, mencetak vektor pergeseran (displacement vector) yang mengindikasikan perubahan bentuk.

Perbandingan Metode Terestris dengan Fotogrametri 


Tabel 1 : Perbandingan Terestris vs Fotogramteri
"Surveyor geodesi bertugas untuk menunjukkan apakah terjadi pergerakan pada jembatan atau tidak. Selanjutnya disiplin lain yang lebih paham akan melakukan tindakan untuk mengatasi persoalan yang mungkin timbul akibat pergerakan/pegeseran/deformasi itu. Demikianlah orang geodesi bisa berkontribusi dalam memantau pergeseran jembatan."

Special credit for :
  1. Mr. M. Edwin Tjahjadi, ST., MGeomSc., PhD. 
  2. Mr. Hery Purwanto, ST., MSc. 
  3. Mr. Silvester Sari Sai,ST.,MT  
 ===============================================================================
Teknis pemotretan dan pemasangan titik retro yang tertera pada gambar 3 tersebut pada penyangga jembatan dapat disimulasikan dalam animasi video yang dibuat oleh Pusjatan sebagai berikut :
 Teknik Pemotretan untuk pemasangan titik retro

 Diakses pada : Sabtu, 10 November 2013, 7:35

===============================================================================