Mendeteksi Pergeseran Jembatan dan Jalan Layang dengan Kamera SLR

Perubahan dimensi struktur dapat terjadi pada setiap struktur bangunan, seperti gedung bertingkat, jalan layang, jembatan, menara dan sebagainya, kerusakan fasilitas infrastruktur transportasi seperti jalan-layang dan jembatan yang terjadi di Indonesia, baik yang disebabkan oleh bencana alam, proses penuaan maupun karena pemakaian yang melebihi batas kewajaran, akan sangat menggerus dana pembangunan dan pemborosan. Selama ini, salah satu faktor kendala dalam perolehan informasi tentang kekuatan struktur dan perubahan bentuk, posisi serta dimensi per satuan waktu (deformasi) dari suatu struktur adalah tingginya biaya operasional survei (pengukuran) dan lamanya pengolahan data, terutama jika diukur dengan menggunakan alat survei terestris, seperti Total Station dan GPS. Disamping itu, ketelitian alat ukur sangat berpengaruh dalam upaya untuk mendeteksi besaran minimum deformasi yang masih dapat dilacak, (yaitu kemampuan sistem untuk mendeteksi pergerakan yang sekecil mungkin), sangat mempengaruhi dalam mendeteksi besaran minimum pergeseran/pergerakan yang masih dapat dideteksi.

Penggunaan kamera digital merupakan salah satu alternatif pilihan yang dapat meminimalisir kendala tersebut. Dengan prinsip fotogrametri, kamera digital SLR dapat memotret suatu obyek dari berbagai sudut dengan cepat; dan dengan perangkat lunak tertentu, titik-titik deformasi yang diamati akan dapat dihitung nilai kordinatnya. Disamping itu, harga kamera digital SLR ini relatif lebih murah dibandingkan dengan dengan harga Total Station ataupun GPS. Lebih dari itu, sinar yang ditangkap lensa kamera adalah gelombang cahaya sehingga tidak terpengaruh oleh kondisi sekitar lokasi, lain halnya dengan sinyal GPS yang dapat dipengaruhi oleh multipath, sehingga dapat menurunkan tingkat keakurasian koordinat yang didapat.
Agar kamera digital SLR dapat digunakan untuk pemantauan deformasi, seperti halnya pemotretan udara, ada kaidah-kaidah tertentu yang harus diikuti agar diperoleh koordinat titik-titik deformasi dengan keakurasian yang optimum. Dengan keakurasian yang optimum, titik-titik tersebut akan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya pergerakan/pergeseran struktur.

Perbandingan metode pengukuran deformasi antara (GPS dan TOTAL STATION ) dengan Fotogramteri (Kemera SLR)

A. METODE : GPS dan TOTAL STATION

Misalnya di beberapa bagian jembatan, ada beberapa titik untuk memantau pergerakan jembatan itu. Titik ini bisa berupa tanda tambah (+) yang dipahat di bagian jembatan, bisa berupa pilar, bisa berupa tugu atau patok. Intinya ada titik yang permanen di beberapa bagian dari jembatan itu. Dengan GPS tipe geodetik, seorang surveyor geodesi bisa mengukur posisi/koordinat titik-titik itu. Anggap saja ada 5 titik A, B, C, D, dan E. Misalnya hari ini diukur, maka didapatkan koordinat/posisi untuk kelima titik tersebut. Secara berkala, misalnya setiap bulan, titik yang sama diukur lagi koordinatnya. Karena titik itu adalah titik tetap maka harapannya koordinat/posisinya tidak akan berubah. Katakanlah pengukuran dilakukan selama 1 tahun setiap bulan sehingga ada 12 hasil ukuran untuk masing-masing titik. Coba perhatikan gambar berikut.

Gambar 1 : Lima titik untuk memantau pergeseran jembatan

Sekarang bisa dibandingkan koordinat titik A hasil ukuran pertama, kedua dan seterusnya sampai ukuran ke-12. Jika ternyata hasil ukuran itu berbeda, berarti titik A mengalami pergeseran. Hal yang sama dianalisa untuk titik B, C, D, dan E. Jika ada titik yang sama hasil ukurannya selama setahun berarti titik tersebut tidak bergeser sama sekali. Sebaliknya, jika koordinat untuk masing-masing titik berubah nilainya maka titik tersebut pasti bergeser atau mengalami deformasi. Pergeseran inilah yang kemudian dianalisa. Misalnya titik A dan E adalah di kedua ujung jembatan. Jika terbukti A dan E sama-sama bergerak dan terbukti saling menjauh satu sama lain (missal titik A bergerak ke barat, titik E bergerak ke timur) artinya jembatan itu meregang/memuai. Jika pergerakan ini ekstrim maka bisa diduga bahwa jembatan itu bisa saja akan rusak/ambruk/patah karena ujung-ujungnya ditarik ke arah yang beralawanan.

Sumber : Klik disini

B. METODE : FOTOGRAMTERI

Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui besarnya pemuaian/pengerutan atau pergeseran suatu struktur konstruksi jembatan beserta pembengkokan atau pemelintirannya. Survei ini dilakukan setiap dua bulan selama satu tahun, dengan menggunakan beberapa titik-titik kontrol.

Sketsa Jembatan 
Gambar 2 : ilustrasi jembatan

Akurasi yang diperlukan dalam pengukuran pergeseran titik adalah 4mm dan panjang jembatan itu sendiri adalah 50meter.
Ingitlah kembali metodologi pengukuran didalam Teknik Geomatika sebagai berikut: Penentuan parameter yang dicari, Formulasi model matematika, Desain dan pra-analisa, Akusisi data (Pengukuran), Pemrosesan data Pengukuran, Hitung kuadrat terkecil (Least Square Adjustment), Analisa Hasil, dan Penyajian hasil.
Parameter yang dibutuh
  • Parameter yang dicari dalam survei deformasi adalah vektor pergeseran koordinat 3D titik-titik observasi antar titik retro
  • Vektor-vektor pergeseran ini dinyatakan dalam sistem XYZ. 
  • Parameter utama adalah koordinat titik-titik yang diamati didalam sistem koordinat XYZ pada setiap titik retro (pada datum yang sama).
  • Harus diingat bahwa akurasi (dan ketelitian) dari penentuan besaran-besaran deformasi adalah tergantung langsung dari ketelitian penentuan koordinat titik-titik itu.


Gambar 3 : ilustrasi jembatan


Parameter Deformasi
Deformasi dari suatu benda/ materi dapat digambarkan secara penuh dalam bentuk tiga dimensi apabila diketahui 6 parameter regangan (normal-shear) dan 3 parameter komponen rotasi. Parameter deformasi ini dapat dihitung apabila diketahui fungsi pergeseran dari benda tersebut persatuan waktu.
Adapun Parameter - parameter deformasi meliputi :

1. Tegangan (Stress)
Tegangan adalah gaya (F) per luas permukaan (A) yang diteruskan ke seluruh material melalui medan-medan gaya antar atom. Pada umumnya arah tegangan miring terhadap luas A tempatnya bekerja dan dapat diuraikan menjadi dua komponen, yaitu:
a)      Tegangan Normal (Normal Stress), tegak lurus terhadap luas A.

b)      Tegangan Geser (Shear Stress), bekerja pada bidang luas A
 
Gambar 4 : Komponen Tegangan
Keterangan:
: tegangan normal searah sumbu Y.
: tegangan geser tegak lurus sumbu Y sejajar sumbu Z.
: tegangan geser tegak lurus sumbu Y sejajar sumbu X.
 2. Regangan (Strain)
Perpindahan partikel suatu benda elastis selalu menimbulkan terjadinya perubahan bentuk benda tersebut. Perubahan bentuk suatu benda elastik dikaitkan dengan regangan, maka perubahan bentuk tersebut dipandang sebagai perubahan bentuk yang kecil. Dalam sistem koordinat kartesian  tiga dimensi, perpindahan kecil partikel yang berubah bentuk diuraikan dalam komponen uX, uY dan uZ yang masing-masing sejajar terhadap sumbu koordinat kartesian X, Y dan Z.
Gambar 5 : Elemen Kecil Benda Plastik dan Komponen Regangan
(a) Komponen Regangan; (b) Elemen Kecil Benda Elastik

3. Rotasi
Rotasi merupakan perubahan posisi materi tanpa mengalami perubahan bentuk yang membentuk perubahan sudut terhadap koordinat acuan. Sebagai gambaran bentuk rotasi dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: 
  
Gambar 6 : Komponen Rotasi

Pemasangan seluruh titik retro-target yang terlihat pada penyangga jembatan 
 pemasangan titik retro pada jembatan
Gambar 7 : pemasangan titik retro pada penyangga jalan layang Arjosari - Malang
Studi Kasus : Arjosari Malang - JATIM

tahapan ini menyajikan hasil perataan kedalam informasi spasial yang lebih mudah dipahami oleh awam. Tahapan ini dibutuhkan untuk menyajikan estimasi parameter dalam bentuk yang mudah dipahami dan dilihat oleh klien, misalnya dalam bentuk grafik (rendering) daripada dalam daftar angka koordinat yang mungkin tidak dipahami oleh klien, mencetak vektor pergeseran (displacement vector) yang mengindikasikan perubahan bentuk.

Perbandingan Metode Terestris dengan Fotogrametri 


Tabel 1 : Perbandingan Terestris vs Fotogramteri
"Surveyor geodesi bertugas untuk menunjukkan apakah terjadi pergerakan pada jembatan atau tidak. Selanjutnya disiplin lain yang lebih paham akan melakukan tindakan untuk mengatasi persoalan yang mungkin timbul akibat pergerakan/pegeseran/deformasi itu. Demikianlah orang geodesi bisa berkontribusi dalam memantau pergeseran jembatan."

Special credit for :
  1. Mr. M. Edwin Tjahjadi, ST., MGeomSc., PhD. 
  2. Mr. Hery Purwanto, ST., MSc. 
  3. Mr. Silvester Sari Sai,ST.,MT  
 ===============================================================================
Teknis pemotretan dan pemasangan titik retro yang tertera pada gambar 3 tersebut pada penyangga jembatan dapat disimulasikan dalam animasi video yang dibuat oleh Pusjatan sebagai berikut :
 Teknik Pemotretan untuk pemasangan titik retro

 Diakses pada : Sabtu, 10 November 2013, 7:35

===============================================================================
Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment